Ada yang bilang bahwa dalam seni fotografi itu yang penting fotografernya, bukan alatnya. Apalagi jaman sekarang, semua orang sudah bisa memotret sendiri. Nggak perlu kan pakai alat yang canggih?
Benarkah begitu?
Pernyataan di atas sebagian ada benarnya. Memang betul bahwa seorang fotografer handal dapat menghasilkan foto yang apik meski dengan peralatan terbatas. Namun demikian, seorang fotografer yang handal pun tetap membutuhkan peralatan yang mendukung. Kalau tidak hasilnya maksimal hanya above average, bukan top quality. Inilah yang membedakan antara fotografer profesional dan fotografer amatir.
Q : “Lalu, apa saja yang dibutuhkan?”
Ini sangat tergantung pada tujuan dari pemotretan itu sendiri. Memotret produk mungkin hanya membutuhkan 1 kamera dan 1 jenis lensa saja. Bahkan mungkin tidak membutuhkan peralatan seperti lampu studio jika cahaya mataharinya cukup. Sementara pemotretan event seperti wedding akan berhadapan dengan kondisi gedung yang low light, pergerakan pengantin yang cepat, kerumunan orang yang mungkin menghalangi sudut pemotretan, dan banyak hal lainnya.
Dalam hal ini kita akan membutuhkan berbagai gear yang berbeda. Pembahasannya bisa sangat panjang dan tidak mungkin kita mereview satu per satu gear yang dibutuhkan dalam postingan kali ini. Kebutuhan kamera yang baik sih sudah pasti, tetapi ketimbang kamera, saya lebih suka menyiapkan lensa yang baik.
Q : “Mengapa lensa yang dipilih? “
Karena lensa memberikan efek kualitas yang signifikan. Kita bisa saja membeli kamera canon 3 digit (misalnya 600D) dibandingkan dengan kamera canon 2 digit (misalnya 80D), hasilnya memang ada perbedaan. Tapi perbedaannya tak sekentara kalau lensanya yang kita ubah. Pemakaian lensa 70-200mm misalnya, bisa memberikan efek candid dengan objek tampak sangat kentara sedangkan objek di sebelahnya blur semua. Kualitas ini sangat sulit dikejar jika misalnya kita memakai lensa kit.
Lensa sendiri memiliki fitur-fitur tambahan. Dalam lensa Canon misalnya, ada fitur IS atau Image Stabilizer yang bertugas mengurangi shake. Sama-sama Canon EF 70-200mm, tetapi yang satu tidak ada kode IS-nya sedangkan yang lain punya kode IS. Harganya bisa beda 10 juta sendiri. Meski demikian, disarankan untuk lensa foto wedding memiliki fitur IS karena agak sulit memotret dengan tripod sementara pergerakan pengantin bisa jadi cepat. Ya, bisa saja sih memotret tanpa tripod dan menggunakan lensa tele yang tidak ada kode IS-nya. Kalau tangan Anda stabil dan mantap, maka mungkin fine-fine saja. Tetapi percayalah, membawa lensa tele + kamera selama 3 jam acara berlangsung, itu rasanya seperti fitness.
Ada juga fitur lain seperti USM yang artinya adalah Ultra Sonic Motor yang tugasnya adalah mempercepat auto focus. Selain itu, dalam spesifikasi lensa kita bisa menemukan kode focal lengthnya misalnya Canon EF 70-200mm f/2.8. Arti f/2.8 adalah lensa itu bisa tetap dalam bukaan 2.8 meskipun focal length-nya diset di 200mm.
Perhatikan hasil jepretan lensa Canon EF 70-200mm di bawah ini.
Kita bisa lihat bahwa foto orang tua pengantin bisa cukup tajam hasilnya sementara kepala penari hasilnya sangat blur. Padahal jarak pengantin dan penari sangatlah jauh. Mengapa bisa tajam? Ya karena pemotretan itu menggunakan lensa tele. Hasil ini sangat sulit diambil jika kita menggunakan lensa kit biasa atau lensa jenis wide dengan focal length yang kecil.
Selain lensa tele, ada juga lensa wide yang bisa kita gunakan untuk memotret foto keluarga besar di atas panggung atau memotret suasana wedding. Lensa wide biasanya banyak digunakan dalam foto pemandangan alam atau landscape karena sudut pandang fotonya bisa lebar. Lensa kit kamera yang multifungsi dengan focal length 18-55mm adalah salah satu contoh lensa yang bisa kita anggap sedikit mewakili lensa wide. Tentunya, jika Anda ingin memiliki lensa wide yang bagus, Anda harus siap merogoh kocek lebih.
“Q: Merk lensa apa yang harus saya pilih?”
Pembahasan ini bisa lebih panjang karena ini akan tergantung budget Anda. Saya akan ulas ini di postingan lainnya nanti.